Patung Raja Sejong di Seoul, Korea Selatan. Foto Khiththati/acehkiniBuat para penyuka sesuatu yang berhubungan dengan Korea Selatan pastinya sangat familiar dengan aksara yang digunakan di Negeri Gingseng ini. Hangul namanya. Huruf-huruf ini mempunyai catatan sejarang panjang. Hangul bisa dikatakan aksara yang mengikuti bunyi yang dikeluarkan oleh mulut. Pada 9 Oktober setiap tahunnya, libur nasional berlaku di seluruh negeri Korea Selatan sebagai suka cita dan kebangaan akan pengunaan aksara ini sendiri awalnya terdiri dari 28 huruf yang kemudian disederhakan menjadi 24, dengan 14 konsonan dan 10 vokal. Menurut sejarahnya, pemakaian huruf ini sudah dimulai pada tahun 1446. Saat itu, raja keempat Dinasti Joseon bernama Sejong, mengeluarkan peraturan pemakaian hangul sebagai sistem penulisan yang resmi yang mulai dikembangkan pada masa pemerintahannya. Naskah itu disebut dengan Hunminjŏngŭm atau jika diterjemahkan “suara yang tepat untuk mengajar orang”. Menurut sumber sejarah, Sang Raja Sejong, memikirkan bagaimana orang-orang dengan pendidikan menengah ke bawah tetap bisa menulis dan membaca. Maklum, kala itu hanya sarjana yang dapat membaca dan menulis karakter hanja yang digunakan sebagai bahasa pengantar di kerajaan. Sebelum adanya hangul, biasanya hanja atau gaya tulis China yang digunakan kemudian disesuaikan dengan pengucapan Korea, sementara untuk untuk menulis dokumen pengadilan atau hukum, digunakan hanmun yang merupakan gaya tulis klasik Tiongkok, hal ini seperti yang terlihat pada drama-drama Klasik Korea. Walaupun kemudian modifikasi dari karakter hanja terus dilakukan, namun tetap saja terdapat kerumitan dalam menyalinnya ke dalam bahasa Korea karena perbedaan yang cukup besar dalam tata bahasa dan struktur kalimat. Raja pada saat itu bahkan mendapatkan beberapa perlawanan saat ingin merubah sistem alfabet ini diperkenalkan untuk menjangkau semua kelas masyarakat untuk bisa membaca dan menulis. Setiap huruf yang ada dibuat berdasarkan diagram sederhana dari pola pengucapan manusia mulut, lidah dan gigi saat suara dikeluarkan dan morfem tersebut diatur dalam blok suku kata yang kemudian dirangkai secara linear. Alfabet hangul di patung Raja Sejong. Foto Khiththati/acehkiniHangul ini selesai disusun pada 1443, selanjutnya pada 1446 diterbitkan manual yang menjelaskan huruf serta teori filosofis dan motifnya. Raja sendiri yang turun tangan dalam proses sosialisasi gaya tulis baru ini. Huruf-huruf ini kemudian terciptakan untuk mempermudah dan dekat dengan kehidupan hangul menjadi awal kemajuaan besar dalam bidang ilmu pengetahuan, politik dan seni budaya pada masa Kerajaan Joseon. Karena pengaruh konfusianisme dan budaya Tionghoa, hangul tidak banyak digunakan oleh para sarjana atau orang Korea dari kelas atas sampai tahun menurut ahli bahasa Korea, Ju Si Gyeong, merupakan kombinasi dari Han yang berarti bagus atau baik dan Geul adalah naskah. Kata Han juga merupakan representatif untuk Korea pada umumnya sehingga tak heran aksara ini kemudian disebut huruf di Korea Utara sendiri menyebut sistem baca tulis ini dengan nama Joseon Gul dan merayakan terciptanya aksara ini pada 15 Januari setiap tahunnya. Joseon adalah sebutan orang Korea Utara untuk warga Korea Selatan pada Istana GyeongbokgungHangul di Drama Korea dan Suku di Sulawesi Tenggara Penasaran dengan kisah di balik terciptanya aksara ini? Bisa nonton drama Korea dengan judul Tree With Deep Roots. Di drama yang diperankan oleh Han Suk Kyu, Jang Hyuk dan Shin Sejung Myung ini juga mempunyai plot tentang alasan di balik penggunaan kurang? Ada drama lainnya yang berjudul The Great King, Sejong yang tayang pada tahun 2008 lalu. Drama sejarah ini sedikit banyaknya mengambarkan kehidupan masyarakat pada masa Dinasti Joseon berkuasa di semenanjung Tree With Deep Roots. Dok. IMDbFakta menarik tentang hangul ini selain digunakan oleh dispora Korea di seluruh dunia, ada sebuah suku di Indonesia yang mengadopsi sistem tulisan hangul sebagai bahasa tulis mereka. Adalah suku Cia-Cia yang berada tak jauh dari kota Baubau, Sulawesi Tengara, Indonesia yang bahasa Cia-Cia nyaris menghilang dikarenakan banyak generasi yang tidak bisa menulis dalam bahasa ibu mereka. Bahasa tutur ini memiliki kemiripan dengan pengucapan hangul sehingga akhirnya masyarakat Cia-Cia demi melestarikan bahasa, menerima sistem penulisan hangul untuk bahasa tutur mereka. Jadi istilahnya, bahasa Cia-Cia tetapi cara penulisanya adalah yang ingin mengetahui lebih lengkap tentang hangul ini tidak ada salahnya menyempatkan diri datang ke Museum Raja Sejong saat berwisata ke Korea Selatan. Museum ini berada tepat di bawah patung besar Raja Sejong, pusat Kota Seoul, berdekatan dengan istana Gyeongbok atau Gyeongbokgung. Tulisan hangul di patung Raja Sejong. Foto KhiththatiBerdasarkan data yang dirilis, museum ini setiap tahunnya menarik minat lebih dari 1,5 juta pengunjung. Selain itu, banyak pelajar dari berbagai jenjang pendidikan yang datang untuk mengenal sejarah Korea Selatan. []
Caramudah belajar huruf korea (hangul) atau bisa juga dibilang alfabet Korea adalah dengan menulis kamus Indonesia Korea buatan sendiri, maksudnya bagaima? ya tulis saja semampu kalian, satu atau dua kata setiap hari, maka dalam satu tahun sudah ada lebih dari 600 kata bahasa korea yang kalian ingat.
hangeul tulisan Korea wikipedia Ada Hangeul di Indonesia ! Ah, tak terasa sudah topik ke 10 dari challenge menulis kekoriyaan. Asli, topik ke 10 ini lumayan menantang. Bahas tentang Hangeul, aksara Korea. Menikmati drama Korea membuat saya semakin mengenal budayanya. Nama-nama pemain drama Korea yang semula asing ditelinga, sekarang sudah familiar. Mulai ikut-ikutan menyingkat nama-nama oppa-oppa kesayangan, ada JJS untuk Jo Jong Suk, LJS untuk Lee Jong Suk sampai yang paling happening, baginda kesayangan LMH alias Lee Min Ho. Moon maap, dilarang protes ya, meski saya panggil semuanya dengan sebutan oppa-oppa kesayangan, hehe. Menonton drama Korea membuat saya tertarik mencicipi aneka masakan Korea. Meski baru beberapa saja yang sudah mampir di lidah, cukup membuat saya memasukkan masakan Korea dalam daftar makanan favorit. Saya pun mulai sedikit-sedikit berbicara dengan kosa kata Korea dalam kehidupan sehari-hari. Khusunya kalau lagi rumpi bareng genk kesayangan di grup Drakor & Literasi. Kadang kalau di rumah juga gitu. Sampai anak-anak ikut-ikutan bilan "aigoo" "aigoo". Cuma belum pernah sih, bilang "sarangheo" ke suami, takut dia makin frustasi lihat istrinya yang sudah kecanduan drama Korea, hehehe. Tentang Hangeul, Aksara Korea Raja Sejong idntimes Lalu sekarang topiknya tentang hangeul, aksara Korea. Hmm, jujur ya meski saya hobi banget nonton drama Korea, saya belum tertarik untuk belajar hangeul. Entah, mungkin saya orangnya nggak minat belajar bahasa asing nggak minat? Bilang aja nggak mampu! LOL. Saya suka ngomong kosa kata Korea, tapi saya rasa saya nggak akan bisa kalau belajar hangeul. Mungkin karena saya belum tertarik. Tapi meski begitu, saya suka membahas hangeul ini. Apalagi dilihat dari sisi sejarahnya. Ternyata hangeul ini baru digunakan di Korea pada masa Dinasti Joseon pada tahun 1443 oleh Raja Sejong. Sebelumnya, orang Korea menulis dengan aksara Cina Hanja. Namun, karena bahasa tutur kedua bangsa ini berasal dari keluarga yang berbeda, maka bahasa Korea tidak bisa secara tepat diungkapkan dalam aksara Cina. Memang sih secara sepintas hangeul ini mirip dengan hanja, tapi terlihat lebih sederhana. Hangeul dan Suku Cia-Cia Seku Cia-Cia bombastis Fakta menarik tentang hangeul ini adalah bahwa aksara ini tidak hanya dipakai di Korea saja. Ternyata, jauh sebelum hallyul atau Korean wave berkembang di Indonesia, aksara hangeul sudah ada lebih dulu. Hangeul bahkan menjadi salah satu bahasa ibu di Indonesia! Tak percaya? Main ke pulau Buton yuk! Suku Cia-Cia berdiam di Kampung Karya Baru, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Di kampung berjarak sekitar 20 kilometer arah timur Kota Baubau ini bermukim jiwa suku Cia-Cia. Baca Juga Manfaat Menonton Drama Korea Bagi Keharmonisan Rumah Tangga Anak-Anak Cia-Cia GNFI Di sini, warga kampung, dari anak kecil hingga dewasa, sudah pintar menulis dengan hangeul. Bahkan, hangeul digunakan sebagai petunjuk tempat-tempat umum di Karya Baru. Beberapa nama jalan atau plang sekolahan, selain ditulisi nama resmi versi bahasa Indonesia dengan aksara Latin, juga dilengkapi dengan tulisan hangeul. Penggunaan hangeul dalam kehidupan suku cia-cia ini dimulai sejak dua dekade lalu. Tahun 2000, ketika itu, Wali Kota Baubau yang dijabat oleh MZ. Amirul Tamin tergerak hatinya untuk melestarikan bahasa ibu cia-cia agar tidak punah. Jalan di Kampung Karya Baru IDNTimes Suku Cia-Cia, penutur bahasa Buton Selatan, sejenis bahasa tutur Austronesia, namun tak memiliki sistem aksara sendiri. Namun setelah diteliti, ternyata memiliki kesamaan pelafalan dan struktur bahasa dengan Korea. Pemerintah Kota Baubau kemudian bekerja sama dengan Hunminjeongeum Research Institute untuk menyusun bahan ajar kurikulum muatan lokal mengenai bahasa Cia-Cia dengan huruf Korea. Huruf ini mulai dipelajari dari tingkat SD hingga SMA. Sejak saat itulah hangeul mulai dipakai oleh suku cia-cia. Ini fakta yang sangat menarik bagi saya, ternyata ada hangeul di Indonesia. Jadi, kalau belum kesampaian jalan-jalan ke Korea, boleh lah ke pulau Buton dulu ya. Suasana Korea juga bisa didapatkan disini. Bagaimana? Tertarik main ke pulau Buton kah? . 378 97 41 436 252 284 221 212